Senin, 09 Mei 2016

FILOSOFI KEPEMIMPINAN DAN KEPRIBADIAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan seni dan keterampilan orang dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi orang lain agar melaksanakan aktivitas tertentu, yang diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan. Memimpin adalah mengerjakan niat demi tujuan tertentu,tetapi dilaksanakan oleh orang lain. Orang yang dipimpin adalah orang yang diperintah, dipengaruhi, dan diatur oleh ketentuan yang berlaku secara formal ataupun non formal.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai manifestasi dari pengaruh yang melekat pada jiwanya. Pengaruh tersebut ada yang dibentuk oleh persyaratan formal dan ada yang merupakan pembawaan jiwanya. Pembentukan pengaruh kepemimpinan bersifat natural, tidak diciptakan, dan merupakan bakat bawaan yang melekat dengan sendirinya. Ada pula yang dibentuk secara struktural karena berdasarkan permainan politik yang diatur oleh landasan legal formal atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, presiden yang dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum. Pemimpin yang formal ataupun non formal, yang natural ataupun structural, harus memiliki 1 sifat mutlak, yaitu pengaruh dan terampil memanfaatkan pengaruhnya untuk mengelola organisasi dan mengatur tingkah laku orang lain agar tujuannya tercapai.
B.     Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian dari mikrotik itu?
2.         Bagaimana cara menginstal mikrotik pada virtual box
3.         Apa saja kelebihan dan kekurangan dari mikrotik?

C.      Tujuan Penulisan
1.         Dapat mengetahui pengertian dan sejarah mikrotik
2.         Dapat menyebutkan jenis-jenis mikrotik
3.         Menjelaskan tentang cara install mikrotik

D.    Manfaat Penulisan
Memberikan informasi dan pengetahuan tentang Filosofi kepemipina dan Kepribadian


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep kepemimpinan
Banyak pakar mendefinisikan kepemimpinan dalam berbagai perspektif. Stogdill  menyatakan bahwa “adanya bermacam-macam definisi kepemimpinan tampaknya merupakan suatu bukti kurang adanya penyesuaian mengenai arti konsep kepemimpinan.” Dengan demikian, definisi berbagai kepemimpinan hanya dapat dipergunakan sebagai penampung berbagai maksud kepemimpinan.
Lebih lanjut, melakukan pendekatan terhadap masalah definisi kepemimpinan dari asumsi dasar bahwa kesamaan definisi itu adalah menyiapkan skema kategorisasi kepemimpinan secara garis besar, yaitu sebagai :
1.      Fokus proses kelompok;
2.      kepribadian dan pengaruhnya;
3.      seni meningkatkan kepatuhan;
4.      usaha meningkatkan pengaruh;
5.      tindakan atau perilaku;
6.      bentuk persuasi;
7.      instrumen pencapaian tujuan;
8.      pengaruh dari interaksi;
9.      definisi peran;
10.  inisiasi dan struktur.

Pemimpin atau leader adalah orang yang mempunyai bawahan atau orang yang mengendalikan jalannya organisasi. Pemimpin adalah subjek atau pelaku dari unsur-unsur yang terdapat dalam kepemimpinan, yaitu adanya kekuasaan, pengaruh, kekuatan, dan pemegang tanggung jawab utama bagi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya. Meskipun tidak semua pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan yang sama, secara timbal balik dan fungsional kedua konsep tersebut tidak dapat dipisahkan. 2
Superioritas seorang pemimpin akan menentukan terbentuknya sikap taat dari seluruh bawahannya. Jika seorang pemimpin kurang beribawa, kurang tegas, dan kurang ditunjang oleh pengetahuan tentang kepemimpinan, bawahan akan meremehkan semua intruksinya dan menyepelekan kebijakan yang ditetapkan. Oleh karena itu, kepemimpinan memerlukan keterampilan dan keahlian menggerakan orang lain.
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan seni dan keterampilan orang dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi orang lain agar melaksanakan aktivitas tertentu, yang diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan. Memimpin adalah mengerjakan niat demi tujuan tertentu,tetapi dilaksanakan oleh orang lain. Orang yang dipimpin adalah orang yang diperintah, dipengaruhi, dan diatur oleh ketentuan yang berlaku secara formal ataupun non formal.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai manifestasi dari pengaruh yang melekat pada jiwanya. Pengaruh tersebut ada yang dibentuk oleh persyaratan formal dan ada yang merupakan pembawaan jiwanya. Pembentukan pengaruh kepemimpinan bersifat natural, tidak diciptakan, dan merupakan bakat bawaan yang melekat dengan sendirinya. Ada pula yang dibentuk secara struktural karena berdasarkan permainan politik yang diatur oleh landasan legal formal atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, presiden yang dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum. Pemimpin yang formal ataupun non formal, yang natural ataupun structural, harus memiliki 1 sifat mutlak, yaitu pengaruh dan terampil memanfaatkan pengaruhnya untuk mengelola organisasi dan mengatur tingkah laku orang lain agar tujuannya tercapai.
Wahjosumidjo3 mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan suatu kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa, sehingga melalui perilaku yang positif, ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian, setiap kepemimpinan mencakup tiga unsur berikut:
1.      Seorang pemimpin yang memimpin, mempengaruhi, dan memberikan bimbingan;
2.      Anggota (bawahan) yang dikendalikan;
3.      Tujuan yang diperjuangkan melalui serangkaian kegiatan.

Dengan konsep kepemimpinan tersebut arti kepemimpinan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      Prajudi Atmosudirjo dalam ngalim purwanto mengatakan bahwa Kepemimpinan Adalah kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang untuk men contohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan pengaruh tertentu, kekuatan atau wibawa, sedemikian rupa sehingga membuat sekelompok orang bersedia melakukan apa yang dihendaki-nya.
2.      Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai penyebab dari berbagai kegiatan, proses, atau kesediaan untuk mengubah pandangan atau sikap (mental/fisik) dari kelompok orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.
3.      Kepemimpinan adalah suatu seni, kesanggupan (ability), atau teknik untuk membuat sekelompok bawahan dalam organisasi formal, atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal, mengikuti atau menaati segala apa yang dikehendakinya, memiliki antusiasme dan bersemangat untuk mengikutinya, atau bahkan berkorban untuknya.
4.      Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang tertentu biasanya melalui human relation dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa rasa takut, mereka bersedia bekerjasama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai tujuan organisasi.
5.      Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu sarana, instrumen atau alat, untuk membuat sekelompok orang bersedia bekerja sama dan berdaya upaya menaati segala peraturan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini kepemimpinan dipandang sebagai dinamika suatu organisasi yang membuat orang-orang bergerak, bergiat, berdaya upaya secara “kesatuan organisasi” untuk mencapai tujuan organisasi.4

Amitai Etzioni mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan kekuatan karena adanya tabiat pemimpin yang berwatak Penguasa dan memerintah dengan dasar kekuatan yang absolut. Fred E. Fiedler mengatakan bahwa pemimpin adalah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas-tugas pengarahan dan pengordinasian yang relevan dengan kegiatan kegiatan kelompok.
Dalam kepemimpinan terdapat beberapa ciri fungsional yang melekat pada seorang pemimpin yaitu:
1.      Watak dan kewibawaan;
2.      Kekuasaan dalam pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahannya;
3.      Hierarki kekuasaan structural;
4.      Sikap ketegasan pengambilan keputusan;
5.      Kecerdasan menganalisis persoalan yang menyangkut kepentingan umum;
6.      Masa-masa ke berakhiran struktur kepemimpinan.

Seorang pemimpin tidak hanya harus memiliki keahlian manajerial, tetapi juga harus memahami hal-hal yang sifatnya teknis, meskipun seorang pemimpin yang berada pada organisasi yang besar tidak terlalu membutuhkan keahlian teknis. Technical skill dibutuhkan oleh pemimpin organisasi yang skopnya kecil, seperti kepala teknik perbengkelan, sehingga ia dapat memberikan saran yang aplikatif bagi anak buahnya. Akan tetapi, bagi seorang kepala desa tidak perlu ahli pertanian meskipun masyarakatnya mayoritas petani.
Kelebihan lainnya yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, memiliki kepiawaian berinteraksi, membangun relasi dan bersosialisasi sehingga kepemimpinannya dapat dirasakan oleh masyarakat atau oleh seluruh anak buahnya. Pengaruh yang dimiliki pemimpin baru dirasakan ketika ia menerapkan dalam hubungan dengan orang lain. Jadi pemimpin harus memiliki human relation skill keahlian Membangun hubungan dengan orang lain. Pemimpin adalah seorang yang ahli membangun relasi dan ahli berinteraksi dengan seluruh anak buahnya, bahkan dengan lingkungan sekitarnya yang lebih luas. 6
Dalam menjelaskan mengenai pemimpin dan kepemimpinan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.      Kekuasaan dan kewenangan yaitu kemampuan untuk bertindak bagi seorang pemimpin untuk menggerakan para bawahannya agar mengikuti kehendak Nya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya;
2.      Kewibawaan yaitu berbagai keunggulan yang dimiliki oleh seorang pemimpin sehingga membedakan dengan yang dipimpinnya dengan keunggulan tersebut orang lain patuh dan bersedia melakukan kegiatan-kegiatan yang dikehendakinya;
3.      Kemampuan yaitu keseluruhan daya baik berupa keterampilan sosial maupun keterampilan teknis yang melebihi orang lain. 7

Kepemimpinan bertujuan agar setiap kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Tujuan kepemimpinan lebih merupakan kerangka ideal yang akan memberikan pedoman bagi setiap kegiatan pemimpin, sekaligus menjadi patokan yang harus dicapai. Untuk memungkinkan tercapainya tujuan tersebut, seorang pemimpin harus melakukan berbagai fungsi kepemimpinannya.
Ada 6 fungsi kepemimpinan yaitu:
1.      Menentukan tujuan;
2.      Menjelaskan kegiatan;
3.      Melaksanakan kegiatan;
4.      memilih cara yang tepat;
5.      Memberikan penjelasan dan memutuskan;
6.      Merangsang para anggota untuk bekerja.

Ngalim purwanto8 menyebutkan bahwa fungsi Kepemimpinan Adalah memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik, memberikan supervisi yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Burhanuddin,9 secara operasional mengklarifikasikan tiga fungsi kepemimpinan sebagai berikut:
1.   Fungsi yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai artinya, pemimpin berusaha membantu kelompok untuk merumuskan tujuan yang memenuhi syarat agar dapat dijadikan pedoman dalam menentukan kegiatan-kegiatan organisasi. 
2.        Fungsi yang berkaitan dengan pengarahan pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Artinya, pemimpin mampu menggerakkan bawahan agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik. 
3.        Teknik yang digunakan meliputi actuating, leading, directing, motivating dan staffing.

Fenomena kepemimpinan dapat dijelaskan melalui konsep-konsep dasar berikut:
1.      Kepemimpinan adalah suatu daya yang mengalir dengan cara yang tidak diketahui antara pemimpin dan pengikutnya, mendorong para pengikut untuk mengerahkan tenaga secara teratur menuju sasaran yang dirumuskan bersama. Bekerja menuju sasaran dan pencapaiannya memberikan kepuasan bagi pemimpin dan pengikutnya. 
2.      Kepemimpinan juga mewarnai dan diwarnai oleh media lingkungan dan iklim tempat dia bekerja. Kepemimpinan tidak bekerja dalam ruangan hampa, tetapi dalam suasana yang diciptakan oleh berbagai unsure. Tekanan terhadap tata tertib bertujuan agar manusia dapat hidup dengan aman, tentram, dan damai. Hidup supel, sopan, selalu mendahulukan kepentingan orang lain merupakan kebijaksanaan yang menggambarkan adanya pengendalian diri, kepekaan terhadap pendapat orang lain, kesediaan untuk tidak menonjolkan diri atau bahkan merendahkan diri. 10
3.      Kepemimpinan harus dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku, yang Dalam terma Jawa disebut dengan model kepemimpinan yang sepi ing pamrih rame ing gawe memayu hayuning bawono, dan politik “rasa” dengan kultur Jawa yang lebih mementingkan hidup manunggaling kawula Gusti, sebagai upaya untuk memberikan nuansa baru kepemimpinan yang berkarakter. 
4.      Kepemimpinan bekerja menurut prinsip, alat, dan metode yang pasti dan tetap. Ada aturan main yang harus ditaati oleh seorang pemimpin, yaitu protokoler yang mengikat bagi pemimpin.

Tanda-tanda seorang pemimpin yang berakal budi dan selalu bertindak berdasarkan pertimbangan rasionya, menurut Bukhari al-Jauhari, antara lain sebagai berikut;
1.        Bersikap baik terhadap orang yang berbuat jahat, berusaha menggembirakan hatinya, dan mengampuni bila benar-benar bertobat.
2.        Rendah hati kepada orang yang berkedudukan lebih rendah dan hormat kepada orang yang martabat, kepandaian dan ilmunya lebih tinggi, menjaga Tata kosmik lingkungan dan sosialnya. Sebab, tata tertib kosmik tersebut merupakan upaya manusia untuk menjadi lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Mulder, bahwa dalam batinnya masyarakat Jawa membawa suatu percikan hakikat “kehidupan” yang menjiwai alam raya dan bumi. Secara mistis ia merupakan suatu mikrokosmos yang berhubungan dengan makrokosmos, yaitu Sang Hidup. Dengan menguasai eksistensi lahiriah, ia membebaskan daya kekuatannya guna mengembangkan hakikat batiniahnya dan melatih rasanya, agar ia lebih serasi dengan kebenaran yang lebih tinggi (“suara dalam keheningan hakikat”). 
3.        Mengerjakan dengan sungguh-sungguh dan cekatan pekerjaan yang baik dan perbuatan terpuji
4.        Membenci pekerjaan yang keji perbuatan yang jahat, segala bentuk fitnah dan berita yang belum tentu kebenarannya.
5.        Mengatakan apa yang benar-benar dilihat dan diketahui, sesuai tempat dan waktu, yaitu arif menyampaikan suatu berita, tidak bersekongkol atau melakukan kejahatan.
6.        Dalam kesukaran selalu bergantung pada ajaran agama dan yakin bahwa Tuhan dapat memudahkan segala sukar, apabila mau berikhtiar dan banyak berdoa.

Tidak semua pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan yang sama. Jiwa kepemimpinan dapat merupakan bakat alami, dan tentu bukan pemimpin yang baik, jika tidak memiliki keterampilan memengaruhi orang lain agar mengerjakan semua rencananya.
Secara historis, ada tiga konsep kepemimpinan yang sudah umum diuraikan dalam kajian kepemimpinan, sebagaimana ngalim Purwanto12 menjelaskan tiga konsep kepemimpinan yaitu sebagai berikut;
1.        Suatu konsep yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin. Menurut konsep ini kepemimpinan diartikan sebagai traits within individual leader. Seorang dapat menjadi pemimpin karena ia memang dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (leaders were borned and not made). Konsep ini merupakan konsep kepemimpinan yang paling tua dan paling lama dianut orang. Bahkan, dalam kehidupan masyarakat kita hingga saat ini, konsep tersebut masih dapat dilihat dengan jelas. Masih banyak pandangan orang-orang, terutama dalam masyarakat agraris feodal, bahwa seseorang dianggap sebagai pemimpin karena ia memiliki sifat-sifat yang baik atau setidak-tidaknya memiliki potensi yang merupakan pembawaan atau bahkan keturunan, yang diharapkan dapat menjadi suri teladan bagi orang-orang yang akan dipimpinnya. Sebagai contoh konkret adalah pemilihan calon kepala desa di daerah daerah negeri kita. 
2.        Konsep bahwa kepemimpinan memiliki fungsi kelompok (function of the group). Menurut konsep ini, setidak-tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru lebih penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya. Setiap kelompok memiliki sifat dan ciri yang berlainan sehingga memerlukan tipe atau gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. 
3.        Konsep yang tidak hanya didasari atas pandangan yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas ekonomi dan politis. Menurut konsep ini, kepemimpinan dipandang sebagai fungsi dari situasi (function of the situation). Disamping sifat-sifat individu pemimpin dan fungsi-fungsi kelompok seperti pada konsep pertama dan kedua, kondisi dan situasi tempat kelompok itu berada mendapat penganalisisan Pula dalam masalah kepemimpinan. Konsep ini menunjukkan bahwa Betapapun seorang pemimpin telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinannya masih ditentukan pula oleh situasi yang selalu berubah yang memengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan kelompok yang dipimpinnya. Kita mengetahui bahwa adat istiadat, kebudayaan mobilitas dan struktur social, politik pemerintahan suatu masyarakat, selalu akan mengalami perkembangan kearah kemajuan. Demikian pula, organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga di dalam masyarakat dan negara. Adanya perubahan dan perkembangan tersebut menurut adanya perubahan dan perkembangan dalam sifat-sifat, kemampuan, dan gaya kepemimpinan yang diperlukan. Seorang gubernur yang pernah sukses dalam memimpin suatu daerah pada masa yang lalu, belum bias dipastikan bahwa ia akan sukses pula jika ia diangkat lagi dalam jabatan yang sama pada waktu sekaranng.

Tiga pandangan yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto, dapat dipahamio bahwa lahirnya pemimpin memiliki dua kemungkinan, yaitu sebagai berikut;
1.      Pemimpin yang hadir secara alami, yaitu manusia-manusia yang sudah ditakdirkan Tuhan untuk menjadi pemimpin, misalnya pemimpin dalam Negara yang berbentuk kerajaan absolute. Kepemimpinan tidak dibentuk atau direncanakan, tetapi didasarkan pada keturunan.
2.      Kepemimpinan yang dibentuk oleh kelompok tertentu dan dibesarkan oleh situasi politik yang memberi peluang kesempatan untuk menjadi pemimpin. Seseorang diuji secara demokratis dalam pertarungan politik dan pelatihan dalam karir politiknya sehingga ia terpilih menjadi seorang pemimpin. Keberlakuan kepemimpinan model ini sangat kondisional dan situasional karena dalam waktu yang sudah direncanakan, kariernya akan berakhir, seperti seoranng presiden yang kepemimpinannya diatur oleh Undang Undang 1945 bahwa ia hanya berhak menjadi presiden untuk dua periode, itu pun harus melalui pemilihan umum.

B.       Teori-teori Kepemimpinan
Teori-teori kepemimpinan yang berkembang adalah sebagai berikut
1.    Teori genetic, yaitu kepemimpinan yang diartikan sebagai traits within the individual leader: seseorang yang dapat menjadi pemimpin karena memang dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan kerena dibuat atau di didik untuk itu (leaders werer borned and not made).13 Teori ini banyak ditantang oleh para ahli karena bakat seseorang sangat tipis jika berkaitan dengan kepemimpina. Menurut C. Bird, bakat kepeninpinan hanya berkisar 5% sebab yang paling menetukan adalah pendidikan dan pelatihan.
2.    Teori social, teori yang memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok (finction of the group). Menurut teori ini sukses tidaknya  suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi yang lebih penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya. Setiap kelompok memiliki sifat dan ciri yang berlainan sehingga memerlukan tipe atau gaya kepemimpinan yang berbeda beda. Dalam teori ini, peranan masyarakat sangat penting sangat penting dalam menciptakan seorang pemimpin. Misalnya, seorang tokoh agama yang kepemimpinannya dibentuk oleh kesepakatan social dan kehendak masyarakat yang merasa telah memperoleh manfaat dari aktivitas keagamaan tokoh agama tersebut. Setiap aktivitas seseorang dalam suatu kelompok tertentu, dan orang tersebut dipandang memiliki kelebihan  dari yang lainnya, kolompoknya akan menjadikan ia sebagai pemimpin. Dengan teori ini, pemimpin bukan dilahirkan, melainkan sengaja diciptakan dan dibuat didasarkan pada kesepakan social yang selalu hidup dalam kelompok tertentu. Seorang persiden adalah pemimpin yang dibuay melalui pemilu , bukan dilahirkan.
3.    Teori situasional, yaitu kepmiminan yang sangat bergantung pada situasinya. Seorang kiai dapat menjadi pemimpin yang berpengaruh bagi santrinya yang diasuh di pondok pesantren yang di pimpinnya.akan tetapi,  ketika kiai itu menjadi kepala desa diwilayahnya, masayarakat yang dipimpinnya banyak yang menentang, karena mereka bukan santri, dan semua kalangan meminta agar kiai tu kembali ke pondok pesantren yang dipimpinnya. Teori ini tidak hanya melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas ekonomi dan politik. Menurut konsep ini, kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation). Disamping sifat sifat individu pemimpin dan fungsi-fungsi kelompok, seperti pada konsep pertama dan kedua, kondisi dan situasi tempat kelimpok itu berada menentukan lahirnya kepemimpian. Hal ini karena betapapun seseorang pemimpin telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan  yang baik  dan dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinan  ditentukan pula oleh situasi yang selalu berubah, yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan kelompok yang dipimpinnya.
4.    Teori ekologis, suatu teori  yang mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan penggabungan antara bakat alami yang sudah ada dan sejak dilahirkan dengan pendidikan dan pelatihan yang intensif. Teori ini tidak menolak adanya sumber natural kepemimpinan, tetapi sumber struktural pun sangat membantu  terbentuknya seorang pemimpin yang fungsional dan berpengaruh.
5.    Teori sosio-behabioristik,14 yaitu teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan dilahirkan hal-hal berikut:
a.       Bakat, keturunan, dan kecerdasan alamiah;
b.      Pengalaman dalam kepemimpinan;
c.       Pembentukan formal dalam organisasi;
d.      Situasi lingkungan;
e.       Pendidikan dan pelatihan;
f.       Kesepakatan social dan kontrak politik.
Teori behaviorisme berasal dari psikologi terus diadopsi oleh berbagai cabang ilmu dalam ilmu-ilmu social, tidak terkecuali manajemen dan administrasi. Dalam konteks kepemimpinan , teori perilaku merupakan teori yang paling menonjol karena teori ini memadukan seluruh pandangan teori yang sudah ada, baik dari pijakan sosiologis, psikologis, politis, sini, tradisi maupun dilihat dari pendekatan manajemen.
Tampaknya, teori ini lebih komprehensif dalam memandang kenyataan manusia dilihat dari psroses pembentukan perilaku kepemimpinannya. Pada awalnya, bakat alami sudah ada dalam diri manusia, minimal dalam memipin dirinya sendiri berkaitan dengan proses survivalnya, kemudian manusia mengembangkan perilakunya melalui imitasi perilaku terhadap orang terdekatnya. Manusia pun berkembang dengan pengalaman eksternal yang lebih luas, yang menjadi stimulus utama perkembangan kepemimpinannya.
James Owens15 dalam The Leadership Game, mengemukakan dua teori dan satu matriks, yaitu,  trait theory dan Behavior theory, serta matriks of leadership style.  Adapun Robert Tannembaum dan Fred Massarik dalam Leadership a. Frame of Reference, mengemukakan beberapa pendekatan , diantaranya trait  appoarch, situatonal appoarch, dan follower-oriented appoarch.16 Ada enam teori kepemimpinan yang dikembangkan yaitu: 1. Teori sifat (trait theory), 2. Teori lingkungan (environment theory), 3. Teori pribadi dan situasi (personal-situational theory), 4. Teori interaksi dan harapan (interaction-expectation theory), 5. Teori humanistic (humanistic theory), 6. Teori pertukaran (exchange theory).17
Dari berbagai teori itu dapat didefentifikasikan bahwa pada dasarnya teori kepemimpinan itu ada tiga macam, yaitu;
1.      Teori sifat
2.      Teori perilaku
3.      Teori lingkungan
Teori pribadi dan situasi merupakan gabungan dari teori sifat dan lingkungan, sedangkan teori interaksi dan harapan merupakan gabungan dari teori teori perilaku dan lingkungan.18
Pertama, teori sifat sering disebut juga teori genetis karena seorrang pemimpin dianggap memiliki sifat-sifat yang dibawa semenjak lahirsebagai sesuatu yang diwariskan.19 Disamping itu,teori ini sering juga disebut teori bakat karena ia menganggap bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk.20
Kedua, teori perilaku yang memiliki dasar pemikiran bahwa kepemimpina harus dipandang sebagai hubungan antara orang-orang, bukan sebagai sifat atau cirri-ciri seorang individu. Oleh karena itu, keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh kemampuan pemimpin itu sendiri dengan anggotanya. Dengan kata lain, teori ini sangat memperhatikan perilaku pemimpin (sebagai aksi) dan respon kelompok yang dipimpinnya (sebagai reaksi). Teori perilaku, yang disebut juga teori humanistic lebih menekankan pada model atau gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin. Model dan gaya kepemimpinan ini dijabarkan oleh James Owens dalam suatu matriks tentang gaya gaya kepemimpinan dalam bentuk model analitis yang versinya dapat dipandang sebagai model-model baku.
Pendekatan sifat-sifat dan pendekatan perilaku tidak melahirkan konsepsi baru mengenai kepemiompinan karena titik tolak perumusannya tetap sama, yaitu karekteristik mengenai seseorang pemimpin. Pendekatan perilaku berdasarka  pemikiran bahwa  keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan. Pendekatan kontingensi berasumsi bahwa teknik manajeman yang baik akan memberikan bantuan terhadap pencapaian sasaran organisasi yang mungkin bervariasi dalam situasi  yang berbeda, sehingga sering disebut dengan pendekatan situasional.
Ketiga, teori lingkungan yaitu munculnya pemimpin-pemimpin itu merupakan hasil dari waktu, tempat dan keadaan. Situasi dan kondisi  tertentu yang berbeda menyebabkan kualitas kepemimpinan yang berbeda pula. Seorang pemimpin yang berhasil  pada situasi dan kondisi tertentu belum menjami akan berhasil pada situasi dan kindisi yang lain. Dalam teori ini muncul peryataan: leaders are made not born (pemimpin-pemimpin dibentuk bukan dilahirkan). Lahirnya seorang pemimpin adalah melalui evolusi social dengan cara memanfaatkan kemampuannya untuk berkarya dan bertindak  mengatasi masalah-masalah yang timbul pada situasi dan kondisi tertentu.22
Teori lingkungan pernah dikembangkan oleh V.H Vroom dan Philip Yellow (1973) dengan mengacu pada pendekatan situasional yang berusaha memberikan model normative. Mereka berasumsi bahwa kepemimpinan akan berhasil apabila pemimpin mampu bersifat fleksibel  untuk mengubah gayanya agar cocok dengan situasi dan kondisi. Jadi,  situasi dan kondisi yang berubah menghendaki gaya dan model kepemipinan pun ikut berubah. Jika tidak demikian, kepemimpina itu tidak akan berhasil  secara maksimal. Akan tetapi, pada kenyataanya, studi terhadap tiga teori menunjukan keberhasilannya masih diragukan. Alvin W. Gouldner misalnya, setelah melakukan peneltian menyimpulkan bahwa pada saat ini tidak ada bukti yang dapat diandalkan mengenai keberadaan sifat-sifat kepemimpinan yang universal. Diantara kelemahan yang dimiliki teori sifat adalah 1. Diantara pendukungnya tidak ada penyesuaian atau kesamaan mengenai perincian sifat dimaksud; 2.  Terlalu sulit untuk menetapkan sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin; 3. Sejarah membuktikan bahwa situasi dan kondisi tertentu memerlukan sifar pemimpin yang tertentu pula.23

C.      Gaya dan Model Kepemipinan
Ada beberapa gaya kepemipinan, yaitu;

a.      Kepemimpinan  yang autokratis
Dalam kepemimpinan yang autokratis, pemimpin bertidak sebagai dictator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Pemimpin autokratis adalah pemimpin yang memiliki wewenang dari suatu sumber  (misalnya, karena posisinya), pengetahuan, kekuatan atau keuasaan untuk memberikan penghargaan ataupun menghukum. Ia menggunakan otoritasnya sebagai pegangan atau hanya sebagai alat atau metode agar segala sesuatunya dapat dijalankan serta diselesaikan. Hal yang dilakukan oleh pemimpin dengan gaya ini hanyalah memberitahukan tugas orang serta menuntut kepatuhan secara patuh.27
Seorang pemimpin yang autokratis ialah seorang pemimpin yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1.    Menganggap organisasi milik pribadi
2.    Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
3.    Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata;
4.    Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat;
5.    Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya;
6.    Dalam tindakannya sering mepergunakan appoarch yang mengandung unsure-unsur paksaan dan punitive (bersifat menghukum).
Dalam sifat-sifat tersebut diatas, jelas bahwa gaya kepemimpinan ini tidak tepat untuk suatu organisasi modern  yang mengangkat hak-hak asasi manusia detempat yang sederajat secara manusiawi.28

b.      Tipe militeristis
Seorang pemimpun yang bertipe milteristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat:
1.      Dalam menggerakan bawahan lebih sering mempergunakan system perintah;
2.      Dalam menggerakan bawahan senang bergantung pada pangkat dan jabatannya;
3.      Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan;
4.      Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
5.      Sukar menerima kritik dari bawahannya;
6.      Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

c.       Gaya paternalistic
Ciri-ciri gaya paternalistic ialah:
1.      Seseoarang yang menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;
2.      Bersikap terlalu melindungi (overly protective)
3.      Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif dan mengambil keputusan;
4.      Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi  dan fantasinya;
5.      Sering bersikap mahatahu.

d.      Gaya atau model kontingensi
Gaya kepemimpinan ini dikembangkan oleh fred E. Fielder. Dia berpendapat bahwa keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang diterapkannya. Dengan kata lain, tidak  ada seorang pemimpin yang dapat berhasil hanya dengan menerapkan satu macam gaya untuk semua situasi. Seorang pemimpin akan berhasil menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berlainan untuk menghadapi situasi yang berbeda. Menrut pendekatan ini, ada tiga variable yang menentukan efektif-tidaknya kepemimpinan, yaitu; 1. Hunungan antara pemimpin dengan yang dipimpin; 2.  Derajat struktur tugas, dan; 3. Kedudukan keuasaan pimpinan.29
Gaya kepemimpinan kontingensi Fielder memandang bahwa keberhasilan kepemimpinan dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh:
1.         Hubungan interaksional yang harmonis antara atasan dan bawahan;
2.         Pembagian tugas dankewajiban diikuti  oleh wewewnang dan tanggung jawab yang jelas;
3.         Pemimpin yang kuat secara legal formal.

e.       Gaya atau model kepemimpinan tiga dimensi
Gaya kepemimpinan ini dikemukakan oleh  Willian J. Reddin (1970). Model ini dinamakan three-dimesional-model karena pendekatannya menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan, yang disebut gaya dasar, gaya efektif, dan gaya tak efektif menjadi satu kesatuan. Berdasarkan dua perilaku kepemimpinan, yaitu berorientasi pada orang (people oriented) dan berorientasi pada tugas (task oriented).30

f.       Gaya kepemimpinan laissez faire
Gaya ini disebut juga gaya kepemimpinan bebas berkehendak. Organisasi dibentuk tanpa kejelasan aturan dan para anggota bebas mengungkapkan keinginannya masing-masing. Gaya ini seolah olah tidak mengenal hierarki structural, atasan bawahan, pembagian tugas yang kabur, dan tidak terjadi proses kepemimpinan fungsional ataupun structural.

g.      Kepemimpinan yang demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis disebut juga dengan gaya kepemimpinan moderenis dan partisipatif. Dalam pelaksanaan kepemimpinan, semua anggota diajak berpartisipasi menyumbangkan pikiran dan tenaganya utnuk mencapai tujuan organisasi. Gaya demokratis adalah kebalikan dari gaya autokratis.
Pemimpin yang bertipe demokratis memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1.         Mengembangkan kreativitas anak buah;
2.         Memberikan kesempatan kepada anak buah untuk mengambil keputusan;
3.         Mengutamakan musyawarah dan kepentingan bersama;
4.         Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan organisasi;
5.         Mendahulukan kepentingan darurat demi keselamatan jiwa anak buahnya dan keselamatan organisasi yang dipimpinnya;
6.         Mengembangkan regenerasi kepemimpinan;
7.         Perluasan kaderisasi agar anak buahnya lebih maju dan menjadi pemimpin masa depan;
8.         Memandang semua masahah dapat dipecahkan dengan usaha bersama.33

D.      Tugas dan Fungsi Kepemimpinan
Hasil penelitian Stogdill menyimpilkan bahwa kepemimpinan ditandai dengan bermacam macam sifat yang dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Capacity, meliputi;
a.       Kecerdasan;
b.      Kewaspadaan;
c.       Kemampuan bicara;
d.      Keaslian;
e.       Kemampuan nilai.
2.      Achievment, , meliputi;
a.       Gelar kesarjanaan;
b.      Pengetahuan;
c.       Keberhasilan;
d.      Olahraga.
3.      Responsibility, meliputi;
a.       Mandiri berinisiatif;
b.      Tekun;
c.       Agresif;
d.      Percaya diri;
e.       Berkeinginan untuk maju.
4.      Participation, meliputi:
a.       Aktif;
b.      Kemampuan bergaul;
c.       Kerja sama;
d.      Mudah menyesuaikan diri;
e.       Humoris.
5.      Status, meliputi:
a.       Kedudukan social ekonomi;
b.      Ketenaran.
6.      Situation, meliputi:
a.       Mental yang baik;
b.      Status yang baik;
c.       Mempunyai keahlian;
d.      Berkeinginan untuk maju;
e.       Berdaya kepengikutan;
f.       Berorientasi pada tujuan.
Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.       Adil, yang meletakkan segala sesuatu secara proporsional, tertib, dan disiplin. Ia tidak berat sebelah, tidak pilih-pilih bulu, dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
b.      Amanah, artinya jujur, bertanggung jawab, dan mempertanggung jawabkann seluruh titipan aspirasi masyarakat atau bawahannya. Tidak melakukan pengkhianatan kepada masyarakatnya.
c.       Fathanah, artinya memiliki kecerdasan.
d.      Tablig, artinya menyampaikan segala hal dengan benar, tidak ada yang ditutup tutupi, terbuka, dan menerima saran atau kritik dari bawahannya.
e.       Shidiq, artinya benar, sebagai cirri dari perilaku pemimpin yang adil, apa yang dikatakan sama dengan apa yang dilakukan.
f.       Qana’ah, artinya menerima apa adanya, tidak serakah, dan pandai berterimakasih kepada Tuhan. Pemimpin yang qana’ah adalah pemimpin yang tidak akan melakukan korupsi dan merugikan uang Negara, mengambing hitamkan masyarakat dan anak buahnya.
g.      Siyasah, artinya pemimpin yang pandai mengatur strategi guna memperoleh kemaslahatan bagi masyarakat atau anak buahnya.
h.      Sabar, artinya pandai mengendalikan hawa nafsu dan menyalurkan seluruh tenaga serta pikirannya dengan kecerdasan yang optiomal.
Pemimpin memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu, dalam limgkungan keluarga,masyarakat maupun dalam kehidupan bernegara.
Diantaranya peran-peran yang penting dari pemimpin adalah sebagai berikut:
1.        Pelaku pertama yang memberikan contoh dalam melaksanakan berbagai tugas atau program yang telah direncanakan dan disepakati bersama.
2.        Merencanakan berbagai program dan membicarakannya dengan semua staffnya.
3.        Representasi dari semua bawahannya.. citra sebuah organisasi, keluarga, bangsa dan Negara, termasuk lembaga pendidikan berada ditangan pemimpinnya.
4.        Pengontrol dan pengawas semua aktivitas bawahannya.
5.        Tegas dan konsekuen dengan janji-janjinya sehingga bawahannya semakin menaruh kepercayaan yang besar.

Tugas dan fungsi pemimpin sangat strategis terutama dalam hal-hal berikut:
1.      Penyelenggara atau pelaksana organisasi, artinya berfungsi sebagai eksekutif manajemen.
2.      Penanggung jawab kemajuan dan kemunduran organisasi.
3.      Pengelola organisasi.
4.      Penguasa yang berwenang mendelegasikan tugas-tugasnya kepada bawahannya.
5.      Perencana kegiatan.
6.      Pengambil keputusan.
7.      Konseptor.
8.      Penenti kesejahteraan bawahannya.
9.      Pemberi reward dan imbalan.
10.  Representasi kelompoknya.
11.  Pemegang utama harmonisasi antar pegawai.
12.  Pembentuk kerjasama antar pegawai.
13.  Suri teladan.

E.            Tujuan Kepemimpinan dalam Organisasi
Kepemimpinan yang efektif, yaitu suatu proses untuk menciptakan wawasan, mengembangkan suatu strategi, membangun kerja sama, dan mendorong tindakan untuk lebih maju. Pemimpin yang efektif memiliki kriteria sebagai berikut:
1.        Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang kelompok yang terlibat;
2.        Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju arah wawasan tersebut;
3.        Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan yang bekerja sama, persetujuan, kerelaan atau kelompok kerjanya dibutuhkan untuk menghasilkan pergerakan itu;
4.        Member motivasi yang kuat kepada kelompok inti  yang tindakannya merupakan penentu untuk melaksanakan strategi.

Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan tingkat prestasi organisasi. Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan merupakan factor penting bagi efektivitas seorang pemimpin. Apabila organisasi dapr mengidentifikasikan yang behubungan dengan kepemimpinan , kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif akan meningkat. Apabila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan secara efektif, organisasi   tersebut akan menjadi besar dan sukses.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.
Setiap pemimpin harus mempu menganalisis situasi social kelompok atau organisasinya yang dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan fungsi kepemimpinan dengan kerja sama dan bantuan orang-orang yang dipimpinnya. Hill dan Caroll menyatakan dua dimensi kepemimpinan, yaitu:
1.        Dimensi kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas  pemimpin, yang terlihat pada tanggpan orang-orang yang dipimpinnya;
2.        Dimensi dukungan (support)  atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.

Kepemimpinan merupakan konsep abstrak, tetapi hasilnya nyata. Kadang-kadang, kepemimpinan mengarah pada seni, tetapi sering pula berkaitan dengan ilmu. Pada kenyataannya, kepemimpinan merupakan seni sekaligus ilmu.
Pada prinsipnya, kepemimpinan adalah proses pengaruh social yang mengupayakan partisipasi suka rela para bawahannya dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran organisasi
Secara umum, seorang pemimpin yang baik harus memliki beberapa karakteristik berikut.38
1.        Tanggung jawab yang seimbang
Keseimbangan disini adalah tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang harus melaksanakan pekerjaan tersebut.
2.        Model peranan yang positif
Peranan adalah tanggung jawab, perilaku atau prestasi yang diharapkan dari seeorang yang memiliki posisi khusus tertentu. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang baik harus dapat dijadikan panutan dan contoh bawahannya.
3.        Memiliki keterampilan komunikasi yang baik
Pemimpin yang baik harus bisa menyampaikan ide-idenya secara ringkas dan jelas, serta dengan cara yang tepat.
4.        Memiliki pengaruh positif
Pemimpin yang baik memiliki pengaruh terhadap karyawannya dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positif.
5.        Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain terhadap sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada tanggung jawab total terhadap sudut pandang tersebut.

Kepemiminan bukanlah fungsi dari kharisma. Oleh karena itu, tidak bias hanya dengan mengandalkan kharisma yang ia miliki dalam usaha memimpin suatu kelompok tertentu. Apabila seorang pemimpin mencoba menggunakan citra dan charisma semata untuk memimpin suatu organisasi, ia bukanlah pemimpin melainkan misleader.
Dari perspektif yang dikemukakan,
Dari semua aspek yang perlu dimiliki oleh seorang mpemimpin, aspek penting lainnya dari keterampilan manusiawi seorang pemimpin terletak pada keterampilan manajerial personel. Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan membuat keputusan dan melihat hubungan-hubungan penting dalam mencapai tujuan, perincian, dan keterampilan seorang pemimpin.
Untuk mewujudkan tugas-tugas diatas, peranan seorang pemimpin dalam  melakukan hubungan kemanusiaan didukung pula oleh  kemampuan manajemen. Miftah Thoha berpendapat bahwa,41 manajeman adalah suatu proses pencapaian tujuan organisasi melalui orang lain, sedangkan kepemimpinan dapat terjadi setiap saat dan dimana pun asalkan ada orang yang berusaha untuk memengaruhi perilaku orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
Dari penjelasan tersebut, peran seorang pemimpin sebagai organisator akan berjalan secara efektif manakaladitunjang oleh keterampilan hubungan kemanusiaan sebagaimana dijelaskan diatas.
Suatu pengkajian yang dilakukan olehPerhimpunan Manejer di AS menyatakan bahwa sebagian besar dari 200 orang manajer yang diteliti sepakat mengenai keterampilan yang paling pentig bagi seorang manajer.  Keterampilan tersebut adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain.41 Keterampilan ini dinilai lebih penting dari kecerdasan, pengetahuan, dan keterampilan jabatan. Adapun conceptionalskill berkenaan dengan kemampuan untuk memikirkan cara meningkatkan efektifitas organisasi melalui penciptaan ide-ide kreatif dan inovatif yang dapat dilaksanakan bagi perkembangan organisasi, baik dimasa kini maupun dimasa yang akan dating.
Proporsi tiap-tiap keterampilan yang perlu dimiliki itu berbeda pada setiap level pimpinan.





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa definisi kepemimpinan menggambarkan ‘asumsi’ bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi  orang, baik individu maupun kelompok. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.Karakteristik seorang pemimpin didasarkan pada prinsip-prinsip belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan dan membawa energi positif.Tujuan manajemen dapat tercapai bila organisasi memiliki memiliki pemimpin yang handal.




Link ke halaman web

Link ke Beberapa Halaman Web


Akun Fb Saya
Tabloid Mingguan
Mesin pencari
Email gratis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar