BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan seni dan keterampilan
orang dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi orang lain agar
melaksanakan aktivitas tertentu, yang diarahkan pada tujuan yang telah
ditetapkan. Memimpin adalah mengerjakan niat demi tujuan tertentu,tetapi
dilaksanakan oleh orang lain. Orang yang dipimpin adalah orang yang diperintah,
dipengaruhi, dan diatur oleh ketentuan yang berlaku secara formal ataupun non
formal.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai manifestasi dari
pengaruh yang melekat pada jiwanya. Pengaruh tersebut ada yang dibentuk oleh
persyaratan formal dan ada yang merupakan pembawaan jiwanya. Pembentukan
pengaruh kepemimpinan bersifat natural, tidak diciptakan, dan merupakan bakat
bawaan yang melekat dengan sendirinya. Ada pula yang dibentuk secara struktural
karena berdasarkan permainan politik yang diatur oleh landasan legal formal
atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, presiden yang dipilih
oleh rakyat melalui pemilihan umum. Pemimpin yang formal ataupun non formal,
yang natural ataupun structural, harus memiliki 1 sifat mutlak, yaitu pengaruh
dan terampil memanfaatkan pengaruhnya untuk mengelola organisasi dan mengatur
tingkah laku orang lain agar tujuannya tercapai.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dari mikrotik itu?
2.
Bagaimana cara menginstal mikrotik pada
virtual box
3.
Apa saja kelebihan dan kekurangan dari
mikrotik?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Dapat mengetahui pengertian dan sejarah
mikrotik
2.
Dapat menyebutkan jenis-jenis mikrotik
3.
Menjelaskan tentang cara install
mikrotik
D.
Manfaat
Penulisan
Memberikan
informasi dan pengetahuan tentang Filosofi kepemipina dan Kepribadian
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep kepemimpinan
Banyak pakar mendefinisikan kepemimpinan dalam berbagai
perspektif. Stogdill menyatakan bahwa “adanya
bermacam-macam definisi kepemimpinan tampaknya merupakan suatu bukti kurang
adanya penyesuaian mengenai arti konsep kepemimpinan.” Dengan demikian,
definisi berbagai kepemimpinan hanya dapat dipergunakan sebagai penampung
berbagai maksud kepemimpinan.
Lebih lanjut, melakukan pendekatan terhadap masalah
definisi kepemimpinan dari asumsi dasar bahwa kesamaan definisi itu adalah
menyiapkan skema kategorisasi kepemimpinan secara garis besar, yaitu sebagai :
1.
Fokus proses kelompok;
2.
kepribadian dan
pengaruhnya;
3.
seni meningkatkan
kepatuhan;
4.
usaha meningkatkan
pengaruh;
5.
tindakan atau
perilaku;
6.
bentuk persuasi;
7.
instrumen pencapaian
tujuan;
8.
pengaruh dari
interaksi;
9.
definisi peran;
10. inisiasi dan struktur.
Pemimpin atau leader
adalah orang yang mempunyai bawahan atau orang yang mengendalikan jalannya
organisasi. Pemimpin adalah subjek atau pelaku dari unsur-unsur yang terdapat
dalam kepemimpinan, yaitu adanya kekuasaan, pengaruh, kekuatan, dan pemegang
tanggung jawab utama bagi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya.
Meskipun tidak semua pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan yang sama, secara
timbal balik dan fungsional kedua konsep tersebut tidak dapat dipisahkan. 2
Superioritas seorang pemimpin akan menentukan terbentuknya
sikap taat dari seluruh bawahannya. Jika seorang pemimpin kurang beribawa,
kurang tegas, dan kurang ditunjang oleh pengetahuan tentang kepemimpinan,
bawahan akan meremehkan semua intruksinya dan menyepelekan kebijakan yang
ditetapkan. Oleh karena itu, kepemimpinan memerlukan keterampilan dan keahlian
menggerakan orang lain.
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan seni dan keterampilan
orang dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk mempengaruhi orang lain agar
melaksanakan aktivitas tertentu, yang diarahkan pada tujuan yang telah
ditetapkan. Memimpin adalah mengerjakan niat demi tujuan tertentu,tetapi
dilaksanakan oleh orang lain. Orang yang dipimpin adalah orang yang diperintah,
dipengaruhi, dan diatur oleh ketentuan yang berlaku secara formal ataupun non
formal.
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai manifestasi dari
pengaruh yang melekat pada jiwanya. Pengaruh tersebut ada yang dibentuk oleh
persyaratan formal dan ada yang merupakan pembawaan jiwanya. Pembentukan
pengaruh kepemimpinan bersifat natural, tidak diciptakan, dan merupakan bakat
bawaan yang melekat dengan sendirinya. Ada pula yang dibentuk secara struktural
karena berdasarkan permainan politik yang diatur oleh landasan legal formal
atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya, presiden yang dipilih
oleh rakyat melalui pemilihan umum. Pemimpin yang formal ataupun non formal,
yang natural ataupun structural, harus memiliki 1 sifat mutlak, yaitu pengaruh
dan terampil memanfaatkan pengaruhnya untuk mengelola organisasi dan mengatur
tingkah laku orang lain agar tujuannya tercapai.
Wahjosumidjo3 mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan
kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan
suatu kerja untuk mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya untuk
berpikir dan bertindak sedemikian rupa, sehingga melalui perilaku yang positif,
ia memberikan sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan
demikian, setiap kepemimpinan mencakup tiga unsur berikut:
1.
Seorang pemimpin
yang memimpin, mempengaruhi, dan memberikan bimbingan;
2.
Anggota (bawahan)
yang dikendalikan;
3.
Tujuan yang
diperjuangkan melalui serangkaian kegiatan.
Dengan konsep kepemimpinan tersebut arti kepemimpinan
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.
Prajudi Atmosudirjo
dalam ngalim purwanto mengatakan bahwa Kepemimpinan Adalah kepribadian (personality) seseorang yang
mendatangkan keinginan pada kelompok orang untuk men contohnya atau
mengikutinya, atau yang memancarkan pengaruh tertentu, kekuatan atau wibawa,
sedemikian rupa sehingga membuat sekelompok orang bersedia melakukan apa yang
dihendaki-nya.
2.
Kepemimpinan dapat
pula dipandang sebagai penyebab dari berbagai kegiatan, proses, atau kesediaan
untuk mengubah pandangan atau sikap (mental/fisik) dari kelompok orang, baik
dalam hubungan organisasi formal maupun informal.
3.
Kepemimpinan adalah
suatu seni, kesanggupan (ability),
atau teknik untuk membuat sekelompok bawahan dalam organisasi formal, atau para
pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal, mengikuti atau menaati
segala apa yang dikehendakinya, memiliki antusiasme dan bersemangat untuk
mengikutinya, atau bahkan berkorban untuknya.
4.
Kepemimpinan dapat
pula dipandang sebagai bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang
tertentu biasanya melalui human relation
dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa rasa takut, mereka bersedia bekerjasama
dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai tujuan organisasi.
5.
Kepemimpinan dapat
pula dipandang sebagai suatu sarana, instrumen atau alat, untuk membuat
sekelompok orang bersedia bekerja sama dan berdaya upaya menaati segala
peraturan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini
kepemimpinan dipandang sebagai dinamika suatu organisasi yang membuat
orang-orang bergerak, bergiat, berdaya upaya secara “kesatuan organisasi” untuk
mencapai tujuan organisasi.4
Amitai Etzioni mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan
kekuatan karena adanya tabiat pemimpin yang berwatak Penguasa dan memerintah
dengan dasar kekuatan yang absolut. Fred E. Fiedler mengatakan bahwa pemimpin
adalah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas-tugas pengarahan dan
pengordinasian yang relevan dengan kegiatan kegiatan kelompok.
Dalam kepemimpinan terdapat beberapa ciri fungsional yang
melekat pada seorang pemimpin yaitu:
1.
Watak dan
kewibawaan;
2.
Kekuasaan dalam
pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahannya;
3.
Hierarki kekuasaan structural;
4.
Sikap ketegasan
pengambilan keputusan;
5.
Kecerdasan
menganalisis persoalan yang menyangkut kepentingan umum;
6.
Masa-masa ke
berakhiran struktur kepemimpinan.
Seorang pemimpin tidak hanya harus memiliki keahlian
manajerial, tetapi juga harus memahami hal-hal yang sifatnya teknis, meskipun
seorang pemimpin yang berada pada organisasi yang besar tidak terlalu
membutuhkan keahlian teknis. Technical
skill dibutuhkan oleh pemimpin organisasi yang skopnya kecil, seperti
kepala teknik perbengkelan, sehingga ia dapat memberikan saran yang aplikatif
bagi anak buahnya. Akan tetapi, bagi seorang kepala desa tidak perlu ahli
pertanian meskipun masyarakatnya mayoritas petani.
Kelebihan lainnya yang harus dimiliki oleh pemimpin
adalah keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, memiliki kepiawaian
berinteraksi, membangun relasi dan bersosialisasi sehingga kepemimpinannya
dapat dirasakan oleh masyarakat atau oleh seluruh anak buahnya. Pengaruh yang
dimiliki pemimpin baru dirasakan ketika ia menerapkan dalam hubungan dengan
orang lain. Jadi pemimpin harus memiliki human relation skill keahlian
Membangun hubungan dengan orang lain. Pemimpin adalah seorang yang ahli membangun
relasi dan ahli berinteraksi dengan seluruh anak buahnya, bahkan dengan
lingkungan sekitarnya yang lebih luas. 6
Dalam menjelaskan mengenai pemimpin dan kepemimpinan ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.
Kekuasaan dan
kewenangan yaitu kemampuan untuk bertindak bagi seorang pemimpin untuk
menggerakan para bawahannya agar mengikuti kehendak Nya dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya;
2.
Kewibawaan yaitu
berbagai keunggulan yang dimiliki oleh seorang pemimpin sehingga membedakan
dengan yang dipimpinnya dengan keunggulan tersebut orang lain patuh dan
bersedia melakukan kegiatan-kegiatan yang dikehendakinya;
3.
Kemampuan yaitu
keseluruhan daya baik berupa keterampilan sosial maupun keterampilan teknis yang
melebihi orang lain. 7
Kepemimpinan bertujuan agar setiap kegiatan yang
dilaksanakan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Tujuan
kepemimpinan lebih merupakan kerangka ideal yang akan memberikan pedoman bagi
setiap kegiatan pemimpin, sekaligus menjadi patokan yang harus dicapai. Untuk
memungkinkan tercapainya tujuan tersebut, seorang pemimpin harus melakukan
berbagai fungsi kepemimpinannya.
Ada 6 fungsi kepemimpinan yaitu:
1.
Menentukan tujuan;
2.
Menjelaskan
kegiatan;
3.
Melaksanakan
kegiatan;
4.
memilih cara yang
tepat;
5.
Memberikan
penjelasan dan memutuskan;
6.
Merangsang para
anggota untuk bekerja.
Ngalim purwanto8 menyebutkan bahwa fungsi Kepemimpinan
Adalah memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi motivasi
kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik,
memberikan supervisi yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada yang
ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Burhanuddin,9 secara operasional mengklarifikasikan tiga
fungsi kepemimpinan sebagai berikut:
1. Fungsi yang
berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai artinya, pemimpin berusaha
membantu kelompok untuk merumuskan tujuan yang memenuhi syarat agar dapat
dijadikan pedoman dalam menentukan kegiatan-kegiatan organisasi.
2.
Fungsi yang
berkaitan dengan pengarahan pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Artinya, pemimpin mampu menggerakkan bawahan agar kegiatan dapat
terlaksana dengan baik.
3.
Teknik yang
digunakan meliputi actuating, leading,
directing, motivating dan staffing.
Fenomena kepemimpinan dapat dijelaskan melalui
konsep-konsep dasar berikut:
1.
Kepemimpinan adalah
suatu daya yang mengalir dengan cara yang tidak diketahui antara pemimpin dan
pengikutnya, mendorong para pengikut untuk mengerahkan tenaga secara teratur
menuju sasaran yang dirumuskan bersama. Bekerja menuju sasaran dan
pencapaiannya memberikan kepuasan bagi pemimpin dan pengikutnya.
2.
Kepemimpinan juga
mewarnai dan diwarnai oleh media lingkungan dan iklim tempat dia bekerja. Kepemimpinan
tidak bekerja dalam ruangan hampa, tetapi dalam suasana yang diciptakan oleh
berbagai unsure. Tekanan terhadap tata tertib bertujuan agar manusia dapat
hidup dengan aman, tentram, dan damai. Hidup supel, sopan, selalu mendahulukan
kepentingan orang lain merupakan kebijaksanaan yang menggambarkan adanya
pengendalian diri, kepekaan terhadap pendapat orang lain, kesediaan untuk tidak
menonjolkan diri atau bahkan merendahkan diri. 10
3.
Kepemimpinan harus
dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku, yang Dalam terma Jawa disebut
dengan model kepemimpinan yang sepi ing
pamrih rame ing gawe memayu hayuning bawono, dan politik “rasa” dengan
kultur Jawa yang lebih mementingkan hidup manunggaling
kawula Gusti, sebagai upaya untuk memberikan nuansa baru kepemimpinan yang
berkarakter.
4.
Kepemimpinan bekerja
menurut prinsip, alat, dan metode yang pasti dan tetap. Ada aturan main yang
harus ditaati oleh seorang pemimpin, yaitu protokoler yang mengikat bagi
pemimpin.
Tanda-tanda seorang pemimpin yang berakal budi dan selalu
bertindak berdasarkan pertimbangan rasionya, menurut Bukhari al-Jauhari, antara
lain sebagai berikut;
1.
Bersikap baik
terhadap orang yang berbuat jahat, berusaha menggembirakan hatinya, dan
mengampuni bila benar-benar bertobat.
2.
Rendah hati kepada orang
yang berkedudukan lebih rendah dan hormat kepada orang yang martabat,
kepandaian dan ilmunya lebih tinggi, menjaga Tata kosmik lingkungan dan
sosialnya. Sebab, tata tertib kosmik tersebut merupakan upaya manusia untuk
menjadi lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Mulder, bahwa dalam batinnya
masyarakat Jawa membawa suatu percikan hakikat “kehidupan” yang menjiwai alam
raya dan bumi. Secara mistis ia merupakan suatu mikrokosmos yang berhubungan
dengan makrokosmos, yaitu Sang Hidup. Dengan menguasai eksistensi lahiriah, ia
membebaskan daya kekuatannya guna mengembangkan hakikat batiniahnya dan melatih
rasanya, agar ia lebih serasi dengan kebenaran yang lebih tinggi (“suara dalam
keheningan hakikat”).
3.
Mengerjakan dengan
sungguh-sungguh dan cekatan pekerjaan yang baik dan perbuatan terpuji
4.
Membenci pekerjaan
yang keji perbuatan yang jahat, segala bentuk fitnah dan berita yang belum
tentu kebenarannya.
5.
Mengatakan apa yang
benar-benar dilihat dan diketahui, sesuai tempat dan waktu, yaitu arif
menyampaikan suatu berita, tidak bersekongkol atau melakukan kejahatan.
6.
Dalam kesukaran
selalu bergantung pada ajaran agama dan yakin bahwa Tuhan dapat memudahkan
segala sukar, apabila mau berikhtiar dan banyak berdoa.
Tidak semua pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan yang sama.
Jiwa kepemimpinan dapat merupakan bakat alami, dan tentu bukan pemimpin yang
baik, jika tidak memiliki keterampilan memengaruhi orang lain agar mengerjakan
semua rencananya.
Secara historis, ada tiga konsep kepemimpinan yang sudah
umum diuraikan dalam kajian kepemimpinan, sebagaimana ngalim Purwanto12 menjelaskan
tiga konsep kepemimpinan yaitu sebagai berikut;
1.
Suatu konsep yang
menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat
yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin. Menurut konsep ini
kepemimpinan diartikan sebagai traits
within individual leader. Seorang dapat menjadi pemimpin karena ia memang
dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (leaders were borned and not made).
Konsep ini merupakan konsep kepemimpinan yang paling tua dan paling lama dianut
orang. Bahkan, dalam kehidupan masyarakat kita hingga saat ini, konsep tersebut
masih dapat dilihat dengan jelas. Masih banyak pandangan orang-orang, terutama
dalam masyarakat agraris feodal, bahwa seseorang dianggap sebagai pemimpin karena
ia memiliki sifat-sifat yang baik atau setidak-tidaknya memiliki potensi yang
merupakan pembawaan atau bahkan keturunan, yang diharapkan dapat menjadi suri
teladan bagi orang-orang yang akan dipimpinnya. Sebagai contoh konkret adalah
pemilihan calon kepala desa di daerah daerah negeri kita.
2.
Konsep bahwa
kepemimpinan memiliki fungsi kelompok (function
of the group). Menurut konsep ini, setidak-tidaknya suatu kepemimpinan
tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang,
tetapi justru lebih penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri
kelompok yang dipimpinnya. Setiap kelompok memiliki sifat dan ciri yang
berlainan sehingga memerlukan tipe atau gaya kepemimpinan yang berbeda-beda.
3.
Konsep yang tidak
hanya didasari atas pandangan yang bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi
juga atas ekonomi dan politis. Menurut konsep ini, kepemimpinan dipandang
sebagai fungsi dari situasi (function of
the situation). Disamping sifat-sifat individu pemimpin dan fungsi-fungsi
kelompok seperti pada konsep pertama dan kedua, kondisi dan situasi tempat
kelompok itu berada mendapat penganalisisan Pula dalam masalah kepemimpinan.
Konsep ini menunjukkan bahwa Betapapun seorang pemimpin telah memiliki
sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai
anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinannya masih ditentukan pula oleh
situasi yang selalu berubah yang memengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan
kelompok yang dipimpinnya. Kita mengetahui bahwa adat istiadat, kebudayaan
mobilitas dan struktur social, politik pemerintahan suatu masyarakat, selalu
akan mengalami perkembangan kearah kemajuan. Demikian pula,
organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga di dalam masyarakat dan negara. Adanya
perubahan dan perkembangan tersebut menurut adanya perubahan dan perkembangan
dalam sifat-sifat, kemampuan, dan gaya kepemimpinan yang diperlukan. Seorang
gubernur yang pernah sukses dalam memimpin suatu daerah pada masa yang lalu,
belum bias dipastikan bahwa ia akan sukses pula jika ia diangkat lagi dalam
jabatan yang sama pada waktu sekaranng.
Tiga pandangan yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto,
dapat dipahamio bahwa lahirnya pemimpin memiliki dua kemungkinan, yaitu sebagai
berikut;
1.
Pemimpin yang hadir
secara alami, yaitu manusia-manusia yang sudah ditakdirkan Tuhan untuk menjadi
pemimpin, misalnya pemimpin dalam Negara yang berbentuk kerajaan absolute.
Kepemimpinan tidak dibentuk atau direncanakan, tetapi didasarkan pada
keturunan.
2.
Kepemimpinan yang
dibentuk oleh kelompok tertentu dan dibesarkan oleh situasi politik yang
memberi peluang kesempatan untuk menjadi pemimpin. Seseorang diuji secara
demokratis dalam pertarungan politik dan pelatihan dalam karir politiknya
sehingga ia terpilih menjadi seorang pemimpin. Keberlakuan kepemimpinan model
ini sangat kondisional dan situasional karena dalam waktu yang sudah direncanakan,
kariernya akan berakhir, seperti seoranng presiden yang kepemimpinannya diatur
oleh Undang Undang 1945 bahwa ia hanya berhak menjadi presiden untuk dua
periode, itu pun harus melalui pemilihan umum.
B.
Teori-teori Kepemimpinan
Teori-teori kepemimpinan yang berkembang adalah sebagai
berikut
1. Teori
genetic, yaitu kepemimpinan yang diartikan sebagai traits within the individual
leader: seseorang yang dapat menjadi pemimpin karena memang dilahirkan sebagai
pemimpin dan bukan kerena dibuat atau di didik untuk itu (leaders werer borned and not made).13 Teori ini banyak ditantang
oleh para ahli karena bakat seseorang sangat tipis jika berkaitan dengan
kepemimpina. Menurut C. Bird, bakat kepeninpinan hanya berkisar 5% sebab yang
paling menetukan adalah pendidikan dan pelatihan.
2. Teori social,
teori yang memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok (finction of the group). Menurut teori ini sukses tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi
oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi yang lebih
penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang
dipimpinnya. Setiap kelompok memiliki sifat dan ciri yang berlainan sehingga
memerlukan tipe atau gaya kepemimpinan yang berbeda beda. Dalam teori ini,
peranan masyarakat sangat penting sangat penting dalam menciptakan seorang
pemimpin. Misalnya, seorang tokoh agama yang kepemimpinannya dibentuk oleh
kesepakatan social dan kehendak masyarakat yang merasa telah memperoleh manfaat
dari aktivitas keagamaan tokoh agama tersebut. Setiap aktivitas seseorang dalam
suatu kelompok tertentu, dan orang tersebut dipandang memiliki kelebihan dari yang lainnya, kolompoknya akan
menjadikan ia sebagai pemimpin. Dengan teori ini, pemimpin bukan dilahirkan,
melainkan sengaja diciptakan dan dibuat didasarkan pada kesepakan social yang
selalu hidup dalam kelompok tertentu. Seorang persiden adalah pemimpin yang
dibuay melalui pemilu , bukan dilahirkan.
3. Teori situasional,
yaitu kepmiminan yang sangat bergantung pada situasinya. Seorang kiai dapat
menjadi pemimpin yang berpengaruh bagi santrinya yang diasuh di pondok
pesantren yang di pimpinnya.akan tetapi,
ketika kiai itu menjadi kepala desa diwilayahnya, masayarakat yang
dipimpinnya banyak yang menentang, karena mereka bukan santri, dan semua kalangan
meminta agar kiai tu kembali ke pondok pesantren yang dipimpinnya. Teori ini
tidak hanya melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang bersifat psikologis
dan sosiologis, tetapi juga atas ekonomi dan politik. Menurut konsep ini,
kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation). Disamping sifat sifat individu
pemimpin dan fungsi-fungsi kelompok, seperti pada konsep pertama dan kedua,
kondisi dan situasi tempat kelimpok itu berada menentukan lahirnya kepemimpian.
Hal ini karena betapapun seseorang pemimpin telah memiliki sifat-sifat
kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai
anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinan
ditentukan pula oleh situasi yang selalu berubah, yang mempengaruhi
perubahan dan perkembangan kehidupan kelompok yang dipimpinnya.
4. Teori ekologis, suatu
teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan
merupakan penggabungan antara bakat alami yang sudah ada dan sejak dilahirkan
dengan pendidikan dan pelatihan yang intensif. Teori ini tidak menolak adanya
sumber natural kepemimpinan, tetapi sumber struktural pun sangat membantu terbentuknya seorang pemimpin yang fungsional
dan berpengaruh.
5. Teori sosio-behabioristik,14 yaitu
teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan dilahirkan hal-hal berikut:
a. Bakat,
keturunan, dan kecerdasan alamiah;
b. Pengalaman
dalam kepemimpinan;
c. Pembentukan
formal dalam organisasi;
d. Situasi
lingkungan;
e. Pendidikan
dan pelatihan;
f. Kesepakatan
social dan kontrak politik.
Teori
behaviorisme berasal dari psikologi terus diadopsi oleh berbagai cabang ilmu
dalam ilmu-ilmu social, tidak terkecuali manajemen dan administrasi. Dalam
konteks kepemimpinan , teori perilaku merupakan teori yang paling menonjol
karena teori ini memadukan seluruh pandangan teori yang sudah ada, baik dari
pijakan sosiologis, psikologis, politis, sini, tradisi maupun dilihat dari
pendekatan manajemen.
Tampaknya,
teori ini lebih komprehensif dalam memandang kenyataan manusia dilihat dari
psroses pembentukan perilaku kepemimpinannya. Pada awalnya, bakat alami sudah
ada dalam diri manusia, minimal dalam memipin dirinya sendiri berkaitan dengan
proses survivalnya, kemudian manusia mengembangkan perilakunya melalui imitasi
perilaku terhadap orang terdekatnya. Manusia pun berkembang dengan pengalaman
eksternal yang lebih luas, yang menjadi stimulus utama perkembangan
kepemimpinannya.
James
Owens15 dalam The Leadership Game, mengemukakan
dua teori dan satu matriks, yaitu, trait theory dan Behavior theory, serta matriks
of leadership style. Adapun Robert
Tannembaum dan Fred Massarik dalam Leadership
a. Frame of Reference, mengemukakan beberapa pendekatan , diantaranya trait
appoarch, situatonal appoarch, dan follower-oriented appoarch.16 Ada enam teori kepemimpinan yang
dikembangkan yaitu: 1. Teori sifat (trait theory), 2. Teori lingkungan
(environment theory), 3. Teori pribadi dan situasi (personal-situational
theory), 4. Teori interaksi dan harapan (interaction-expectation theory), 5.
Teori humanistic (humanistic theory), 6. Teori pertukaran (exchange theory).17
Dari
berbagai teori itu dapat didefentifikasikan bahwa pada dasarnya teori
kepemimpinan itu ada tiga macam, yaitu;
1. Teori
sifat
2. Teori
perilaku
3. Teori
lingkungan
Teori
pribadi dan situasi merupakan gabungan dari teori sifat dan lingkungan,
sedangkan teori interaksi dan harapan merupakan gabungan dari teori teori
perilaku dan lingkungan.18
Pertama,
teori sifat sering disebut juga teori genetis karena seorrang pemimpin dianggap
memiliki sifat-sifat yang dibawa semenjak lahirsebagai sesuatu yang
diwariskan.19 Disamping itu,teori ini sering juga disebut teori bakat karena ia
menganggap bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dibentuk.20
Kedua,
teori perilaku yang memiliki dasar pemikiran bahwa kepemimpina harus dipandang
sebagai hubungan antara orang-orang, bukan sebagai sifat atau cirri-ciri
seorang individu. Oleh karena itu, keberhasilan seorang pemimpin sangat
ditentukan oleh kemampuan pemimpin itu sendiri dengan anggotanya. Dengan kata
lain, teori ini sangat memperhatikan perilaku pemimpin (sebagai aksi) dan
respon kelompok yang dipimpinnya (sebagai reaksi). Teori perilaku, yang disebut
juga teori humanistic lebih menekankan pada model atau gaya kepemimpinan yang
dijalankan oleh seorang pemimpin. Model dan gaya kepemimpinan ini dijabarkan
oleh James Owens dalam suatu matriks tentang gaya gaya kepemimpinan dalam
bentuk model analitis yang versinya dapat dipandang sebagai model-model baku.
Pendekatan
sifat-sifat dan pendekatan perilaku tidak melahirkan konsepsi baru mengenai
kepemiompinan karena titik tolak perumusannya tetap sama, yaitu karekteristik
mengenai seseorang pemimpin. Pendekatan perilaku berdasarka pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin
ditentukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan.
Pendekatan kontingensi berasumsi bahwa teknik manajeman yang baik akan memberikan
bantuan terhadap pencapaian sasaran organisasi yang mungkin bervariasi dalam
situasi yang berbeda, sehingga sering
disebut dengan pendekatan situasional.
Ketiga,
teori lingkungan yaitu munculnya pemimpin-pemimpin itu merupakan hasil dari
waktu, tempat dan keadaan. Situasi dan kondisi
tertentu yang berbeda menyebabkan kualitas kepemimpinan yang berbeda
pula. Seorang pemimpin yang berhasil
pada situasi dan kondisi tertentu belum menjami akan berhasil pada
situasi dan kindisi yang lain. Dalam teori ini muncul peryataan: leaders are made not born (pemimpin-pemimpin
dibentuk bukan dilahirkan). Lahirnya seorang pemimpin adalah melalui evolusi
social dengan cara memanfaatkan kemampuannya untuk berkarya dan bertindak mengatasi masalah-masalah yang timbul pada
situasi dan kondisi tertentu.22
Teori
lingkungan pernah dikembangkan oleh V.H Vroom dan Philip Yellow (1973) dengan
mengacu pada pendekatan situasional yang berusaha memberikan model normative.
Mereka berasumsi bahwa kepemimpinan akan berhasil apabila pemimpin mampu
bersifat fleksibel untuk mengubah
gayanya agar cocok dengan situasi dan kondisi. Jadi, situasi dan kondisi yang berubah menghendaki
gaya dan model kepemipinan pun ikut berubah. Jika tidak demikian, kepemimpina
itu tidak akan berhasil secara maksimal.
Akan tetapi, pada kenyataanya, studi terhadap tiga teori menunjukan
keberhasilannya masih diragukan. Alvin W. Gouldner misalnya, setelah melakukan
peneltian menyimpulkan bahwa pada saat ini tidak ada bukti yang dapat
diandalkan mengenai keberadaan sifat-sifat kepemimpinan yang universal.
Diantara kelemahan yang dimiliki teori sifat adalah 1. Diantara pendukungnya
tidak ada penyesuaian atau kesamaan mengenai perincian sifat dimaksud; 2. Terlalu sulit untuk menetapkan sifat yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin; 3. Sejarah membuktikan bahwa situasi dan
kondisi tertentu memerlukan sifar pemimpin yang tertentu pula.23
C.
Gaya
dan Model Kepemipinan
Ada
beberapa gaya kepemipinan, yaitu;
a.
Kepemimpinan yang autokratis
Dalam kepemimpinan yang autokratis, pemimpin
bertidak sebagai dictator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Pemimpin
autokratis adalah pemimpin yang memiliki wewenang dari suatu sumber (misalnya, karena posisinya), pengetahuan,
kekuatan atau keuasaan untuk memberikan penghargaan ataupun menghukum. Ia
menggunakan otoritasnya sebagai pegangan atau hanya sebagai alat atau metode
agar segala sesuatunya dapat dijalankan serta diselesaikan. Hal yang dilakukan
oleh pemimpin dengan gaya ini hanyalah memberitahukan tugas orang serta menuntut
kepatuhan secara patuh.27
Seorang pemimpin yang autokratis ialah seorang
pemimpin yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Menganggap
organisasi milik pribadi
2. Mengidentikkan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
3. Menganggap
bawahan sebagai alat semata-mata;
4. Tidak
mau menerima kritik, saran, dan pendapat;
5. Terlalu
bergantung pada kekuasaan formalnya;
6. Dalam
tindakannya sering mepergunakan appoarch yang mengandung unsure-unsur paksaan
dan punitive (bersifat menghukum).
Dalam
sifat-sifat tersebut diatas, jelas bahwa gaya kepemimpinan ini tidak tepat
untuk suatu organisasi modern yang
mengangkat hak-hak asasi manusia detempat yang sederajat secara manusiawi.28
b.
Tipe
militeristis
Seorang
pemimpun yang bertipe milteristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat:
1. Dalam
menggerakan bawahan lebih sering mempergunakan system perintah;
2. Dalam
menggerakan bawahan senang bergantung pada pangkat dan jabatannya;
3. Senang
pada formalitas yang berlebih-lebihan;
4. Menuntut
disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
5. Sukar
menerima kritik dari bawahannya;
6. Menggemari
upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
c.
Gaya
paternalistic
Ciri-ciri
gaya paternalistic ialah:
1. Seseoarang
yang menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa;
2. Bersikap
terlalu melindungi (overly protective)
3. Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif dan mengambil
keputusan;
4. Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya;
5. Sering
bersikap mahatahu.
d.
Gaya
atau model kontingensi
Gaya kepemimpinan ini dikembangkan oleh fred E.
Fielder. Dia berpendapat bahwa keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya
ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang diterapkannya. Dengan kata lain,
tidak ada seorang pemimpin yang dapat
berhasil hanya dengan menerapkan satu macam gaya untuk semua situasi. Seorang
pemimpin akan berhasil menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya
kepemimpinan yang berlainan untuk menghadapi situasi yang berbeda. Menrut
pendekatan ini, ada tiga variable yang menentukan efektif-tidaknya
kepemimpinan, yaitu; 1. Hunungan antara pemimpin dengan yang dipimpin; 2. Derajat struktur tugas, dan; 3. Kedudukan
keuasaan pimpinan.29
Gaya kepemimpinan kontingensi Fielder memandang
bahwa keberhasilan kepemimpinan dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh:
1.
Hubungan interaksional yang harmonis
antara atasan dan bawahan;
2.
Pembagian tugas dankewajiban
diikuti oleh wewewnang dan tanggung
jawab yang jelas;
3.
Pemimpin yang kuat secara legal formal.
e.
Gaya
atau model kepemimpinan tiga dimensi
Gaya kepemimpinan ini dikemukakan oleh Willian J. Reddin (1970). Model ini dinamakan
three-dimesional-model karena
pendekatannya menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan, yang disebut gaya
dasar, gaya efektif, dan gaya tak efektif menjadi satu kesatuan. Berdasarkan
dua perilaku kepemimpinan, yaitu berorientasi pada orang (people oriented) dan
berorientasi pada tugas (task oriented).30
f.
Gaya
kepemimpinan laissez faire
Gaya ini disebut juga gaya kepemimpinan bebas
berkehendak. Organisasi dibentuk tanpa kejelasan aturan dan para anggota bebas
mengungkapkan keinginannya masing-masing. Gaya ini seolah olah tidak mengenal
hierarki structural, atasan bawahan, pembagian tugas yang kabur, dan tidak
terjadi proses kepemimpinan fungsional ataupun structural.
g.
Kepemimpinan
yang demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis disebut juga dengan
gaya kepemimpinan moderenis dan partisipatif. Dalam pelaksanaan kepemimpinan,
semua anggota diajak berpartisipasi menyumbangkan pikiran dan tenaganya utnuk
mencapai tujuan organisasi. Gaya demokratis adalah kebalikan dari gaya
autokratis.
Pemimpin yang bertipe demokratis memiliki cirri-ciri
sebagai berikut:
1.
Mengembangkan kreativitas anak buah;
2.
Memberikan kesempatan kepada anak buah
untuk mengambil keputusan;
3.
Mengutamakan musyawarah dan kepentingan
bersama;
4.
Mengambil keputusan sesuai dengan tujuan
organisasi;
5.
Mendahulukan kepentingan darurat demi
keselamatan jiwa anak buahnya dan keselamatan organisasi yang dipimpinnya;
6.
Mengembangkan regenerasi kepemimpinan;
7.
Perluasan kaderisasi agar anak buahnya
lebih maju dan menjadi pemimpin masa depan;
8.
Memandang semua masahah dapat dipecahkan
dengan usaha bersama.33
D.
Tugas
dan Fungsi Kepemimpinan
Hasil
penelitian Stogdill menyimpilkan bahwa kepemimpinan ditandai dengan bermacam
macam sifat yang dikelompokkan sebagai berikut:
1. Capacity, meliputi;
a. Kecerdasan;
b. Kewaspadaan;
c. Kemampuan
bicara;
d. Keaslian;
e. Kemampuan
nilai.
2. Achievment, ,
meliputi;
a. Gelar
kesarjanaan;
b. Pengetahuan;
c. Keberhasilan;
d. Olahraga.
3. Responsibility, meliputi;
a. Mandiri
berinisiatif;
b. Tekun;
c. Agresif;
d. Percaya
diri;
e. Berkeinginan
untuk maju.
4. Participation, meliputi:
a. Aktif;
b. Kemampuan
bergaul;
c. Kerja
sama;
d. Mudah
menyesuaikan diri;
e. Humoris.
5. Status, meliputi:
a. Kedudukan
social ekonomi;
b. Ketenaran.
6.
Situation,
meliputi:
a. Mental
yang baik;
b. Status
yang baik;
c. Mempunyai
keahlian;
d. Berkeinginan
untuk maju;
e. Berdaya
kepengikutan;
f. Berorientasi
pada tujuan.
Pemimpin
yang ideal adalah pemimpin yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. Adil,
yang meletakkan segala sesuatu secara proporsional, tertib, dan disiplin. Ia
tidak berat sebelah, tidak pilih-pilih bulu, dan bijaksana dalam mengambil
keputusan.
b. Amanah,
artinya jujur, bertanggung jawab, dan mempertanggung jawabkann seluruh titipan
aspirasi masyarakat atau bawahannya. Tidak melakukan pengkhianatan kepada
masyarakatnya.
c. Fathanah,
artinya memiliki kecerdasan.
d. Tablig,
artinya menyampaikan segala hal dengan benar, tidak ada yang ditutup tutupi,
terbuka, dan menerima saran atau kritik dari bawahannya.
e. Shidiq,
artinya benar, sebagai cirri dari perilaku pemimpin yang adil, apa yang
dikatakan sama dengan apa yang dilakukan.
f. Qana’ah,
artinya menerima apa adanya, tidak serakah, dan pandai berterimakasih kepada
Tuhan. Pemimpin yang qana’ah adalah pemimpin yang tidak akan melakukan korupsi
dan merugikan uang Negara, mengambing hitamkan masyarakat dan anak buahnya.
g. Siyasah,
artinya pemimpin yang pandai mengatur strategi guna memperoleh kemaslahatan
bagi masyarakat atau anak buahnya.
h. Sabar,
artinya pandai mengendalikan hawa nafsu dan menyalurkan seluruh tenaga serta pikirannya
dengan kecerdasan yang optiomal.
Pemimpin
memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu,
dalam limgkungan keluarga,masyarakat maupun dalam kehidupan bernegara.
Diantaranya
peran-peran yang penting dari pemimpin adalah sebagai berikut:
1.
Pelaku pertama yang memberikan contoh
dalam melaksanakan berbagai tugas atau program yang telah direncanakan dan
disepakati bersama.
2.
Merencanakan berbagai program dan
membicarakannya dengan semua staffnya.
3.
Representasi dari semua bawahannya..
citra sebuah organisasi, keluarga, bangsa dan Negara, termasuk lembaga
pendidikan berada ditangan pemimpinnya.
4.
Pengontrol dan pengawas semua aktivitas
bawahannya.
5.
Tegas dan konsekuen dengan
janji-janjinya sehingga bawahannya semakin menaruh kepercayaan yang besar.
Tugas
dan fungsi pemimpin sangat strategis terutama dalam hal-hal berikut:
1. Penyelenggara
atau pelaksana organisasi, artinya berfungsi sebagai eksekutif manajemen.
2. Penanggung
jawab kemajuan dan kemunduran organisasi.
3. Pengelola
organisasi.
4. Penguasa
yang berwenang mendelegasikan tugas-tugasnya kepada bawahannya.
5. Perencana
kegiatan.
6. Pengambil
keputusan.
7. Konseptor.
8. Penenti
kesejahteraan bawahannya.
9. Pemberi
reward dan imbalan.
10. Representasi
kelompoknya.
11. Pemegang
utama harmonisasi antar pegawai.
12. Pembentuk
kerjasama antar pegawai.
13.
Suri teladan.
E.
Tujuan
Kepemimpinan dalam Organisasi
Kepemimpinan yang
efektif, yaitu suatu proses untuk menciptakan wawasan, mengembangkan suatu
strategi, membangun kerja sama, dan mendorong tindakan untuk lebih maju. Pemimpin
yang efektif memiliki kriteria sebagai berikut:
1.
Menciptakan wawasan untuk masa depan
dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang kelompok yang terlibat;
2.
Mengembangkan strategi yang rasional
untuk menuju arah wawasan tersebut;
3.
Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan
yang bekerja sama, persetujuan, kerelaan atau kelompok kerjanya dibutuhkan
untuk menghasilkan pergerakan itu;
4.
Member motivasi yang kuat kepada
kelompok inti yang tindakannya merupakan
penentu untuk melaksanakan strategi.
Pemimpin dapat
mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan
tingkat prestasi organisasi. Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam
pengarahan merupakan factor penting bagi efektivitas seorang pemimpin. Apabila
organisasi dapr mengidentifikasikan yang behubungan dengan kepemimpinan ,
kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif akan meningkat.
Apabila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik
kepemimpinan secara efektif, organisasi
tersebut akan menjadi besar dan sukses.
Kepemimpinan dapat
diartikan sebagai kemampuan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih)
agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan
bersama.
Setiap pemimpin harus
mempu menganalisis situasi social kelompok atau organisasinya yang dapat
dimanfaatkan dalam mewujudkan fungsi kepemimpinan dengan kerja sama dan bantuan
orang-orang yang dipimpinnya. Hill dan Caroll menyatakan dua dimensi
kepemimpinan, yaitu:
1.
Dimensi kemampuan mengarahkan
(direction) dalam tindakan atau aktivitas
pemimpin, yang terlihat pada tanggpan orang-orang yang dipimpinnya;
2.
Dimensi dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin
dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan
dan dimanifestasikan melalui keputusan dan kebijaksanaan pemimpin.
Kepemimpinan merupakan
konsep abstrak, tetapi hasilnya nyata. Kadang-kadang, kepemimpinan mengarah
pada seni, tetapi sering pula berkaitan dengan ilmu. Pada kenyataannya,
kepemimpinan merupakan seni sekaligus ilmu.
Pada prinsipnya,
kepemimpinan adalah proses pengaruh social yang mengupayakan partisipasi suka
rela para bawahannya dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran organisasi
Secara umum, seorang
pemimpin yang baik harus memliki beberapa karakteristik berikut.38
1.
Tanggung jawab yang seimbang
Keseimbangan disini adalah tanggung
jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang
harus melaksanakan pekerjaan tersebut.
2.
Model peranan yang positif
Peranan adalah tanggung jawab,
perilaku atau prestasi yang diharapkan dari seeorang yang memiliki posisi
khusus tertentu. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang baik harus dapat
dijadikan panutan dan contoh bawahannya.
3.
Memiliki keterampilan komunikasi yang
baik
Pemimpin yang baik harus bisa
menyampaikan ide-idenya secara ringkas dan jelas, serta dengan cara yang tepat.
4.
Memiliki pengaruh positif
Pemimpin yang baik memiliki
pengaruh terhadap karyawannya dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal
yang positif.
5.
Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan
orang lain
Pemimpin yang sukses adalah
pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk
meyakinkan orang lain terhadap sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada
tanggung jawab total terhadap sudut pandang tersebut.
Kepemiminan bukanlah
fungsi dari kharisma. Oleh karena itu, tidak bias hanya dengan mengandalkan
kharisma yang ia miliki dalam usaha memimpin suatu kelompok tertentu. Apabila
seorang pemimpin mencoba menggunakan citra dan charisma semata untuk memimpin
suatu organisasi, ia bukanlah pemimpin melainkan misleader.
Dari perspektif yang
dikemukakan,
Dari semua aspek yang
perlu dimiliki oleh seorang mpemimpin, aspek penting lainnya dari keterampilan
manusiawi seorang pemimpin terletak pada keterampilan manajerial personel.
Keterampilan ini berkenaan dengan kemampuan membuat keputusan dan melihat
hubungan-hubungan penting dalam mencapai tujuan, perincian, dan keterampilan
seorang pemimpin.
Untuk mewujudkan
tugas-tugas diatas, peranan seorang pemimpin dalam melakukan hubungan kemanusiaan didukung pula
oleh kemampuan manajemen. Miftah Thoha
berpendapat bahwa,41 manajeman adalah suatu proses pencapaian tujuan organisasi
melalui orang lain, sedangkan kepemimpinan dapat terjadi setiap saat dan dimana
pun asalkan ada orang yang berusaha untuk memengaruhi perilaku orang lain atau
kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.
Dari penjelasan
tersebut, peran seorang pemimpin sebagai organisator akan berjalan secara
efektif manakaladitunjang oleh keterampilan hubungan kemanusiaan sebagaimana
dijelaskan diatas.
Suatu pengkajian yang
dilakukan olehPerhimpunan Manejer di AS menyatakan bahwa sebagian besar dari
200 orang manajer yang diteliti sepakat mengenai keterampilan yang paling
pentig bagi seorang manajer.
Keterampilan tersebut adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan orang
lain.41 Keterampilan ini dinilai lebih penting dari kecerdasan, pengetahuan,
dan keterampilan jabatan. Adapun conceptionalskill
berkenaan dengan kemampuan untuk memikirkan cara meningkatkan efektifitas
organisasi melalui penciptaan ide-ide kreatif dan inovatif yang dapat
dilaksanakan bagi perkembangan organisasi, baik dimasa kini maupun dimasa yang
akan dating.
Proporsi tiap-tiap
keterampilan yang perlu dimiliki itu berbeda pada setiap level pimpinan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa definisi
kepemimpinan menggambarkan ‘asumsi’ bahwa kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi orang, baik individu maupun
kelompok. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana,
mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai
tujuan bersama.Karakteristik seorang pemimpin didasarkan pada prinsip-prinsip
belajar seumur hidup, berorientasi pada pelayanan dan membawa energi
positif.Tujuan manajemen dapat tercapai bila organisasi memiliki memiliki
pemimpin yang handal.
Link ke Beberapa Halaman Web
Akun Fb Saya
Tabloid Mingguan
Mesin pencari
Email gratis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar